Mengkonstruksi Konsep Inflasi dalam Daulah Khilafah (bagian I)
Sebagaimana diketahui, banyak para ekonom, baik itu ekonom konvensional maupun Islam, mengatakan bahwa salah satu permasalahan ekonomi yang harus atau wajib dipecahkan adalah persoalan inflasi. Mereka semua memandang (dari segi dampak) bahwa inflasi sangat tidak baik bagi masyarakat, meskipun dalam hal tertentu mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda terutama dalam hal upaya penyelesaiannya.
Betapa pentingnya penyelesaian masalah inflasi bukanlah tanpa alasan. Betapa tidak, inflasi secara faktual sesungguhnya menggambarkan tingkat harga dari barang dan jasa yang sejatinya sering dibutuhkan oleh masyarakat kebanyatakan.
Dari segi urgensitas penyelesaiannya, sesungguhnya permasalahan inflasi tidaklah memandang siapa dan dari mana orangnya, apakah orang Islam atau bukan. Hal ini dikarenakan inflasi sejatinya adalah sebuah fenomena faktual dalam sebuah ekonomi. Namun, dalam dataran sebab dan bagaimana solusinya akan sangat berbeda bagaimana antara orang (ekonom) Islam dan konvensional dalam memandangnya.
Bagaimana dari segi pengukurannya atau perhitungannya, apakah juga terdapat perbedaan antara ekonom Islam dan konvensional? Dalam konsep sistem ekonomi konvensional, inflasi diukur dan diamati sedemikian rupa dengan menggunakan berbagai cara. Istilah yang terlahirpun bermacam-macam, ada inflasi inti, inflasi IHK, dan inflasi IHPB. Jenis barang dan jasa yang diukurpun juga dikelompokkan bermacam-macam, ada kelompok bahan makanan, sandang, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Begitu pula teknik dan metode yang digunakan untuk mengukur besaran inflasi yang terjadi juga bermacam-macam adanya. Bagaimana dalam konsep sistem ekonomi Islam?
Tulisan ini dimaksudkan penulis sebagai kajian awal konsep inflasi dalam kerangka Daulah Khilafah. Sebuah pemerintahan yang sudah pernah berkuasa kurang lebih tiga belas abad lamanya dan diprediksikan akan kembali memimpin dunia dalam waktu dekat ini.
Urgensitas Penyelesaian Inflasi Dalam Perspektif Islam
Pentingnya persoalan inflasi diselesaikan menurut Islam dapat dimulai dari pandangan politik ekonomi Islam yang disampaikan oleh Taqiyuddin an Nabhani. Beliau mengatakan, Politik ekonomi Islam adalah menjamin terealisasinya pemenuhan semua kebutuhan primer (basic needs) setiap orang secara menyeluruh, berikut kemungkinan dirinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya, sesuai dengan kadar kesanggupannya sabagai individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki
Oleh karenanya, agar semua basic needs beserta sekunder dan tersiernya dapat terpenuhi, maka pemerintah (Khalifah) memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menjaga tingkat harga barang dan jasa yang beredar sehingga berada dalam jangkauan masyarakat untuk membelinya.2
Dalam kerangka menjaga tingkat harga inilah kemudian dibutuhkan sebuah pengamatan terhadap barang dan jasa yang beredar sehingga dapat diketahui perkembangan tingkat harga terkini.
Menjernihkan Definisi dan Hakikat Persoalan Inflasi
Definisi inflasi
Dalam mendefinisikan inflasi, ekonom konvensional memberikan definisi yang saling berbeda. Dari beberapa definisi yang ada, setidaknya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: pertama, definisi yang menggabungkan antara penyebab dengan fenomena inflasi itu sendiri. Kedua, definisi yang hanya sebatas memberikan definisi kepada fenomenanya saja.
Contoh dari definisi yang pertama adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Ludwig von Mises (salah seorang ekonom mazhab
Aliminsyah dan Padji memberikan definisi inflasi sebagai berikut “suatu keadaan yang menunjukkan jumlah peredaran uang yang lebih banyak dari pada jumlah barang yang beredar, sehingga menimbulkan penurunan daya beli uang dan selanjutnya terjadi kenaikan harga yang menyolok”4.
Downes dan Elliot Goodman mengatakan, inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi jika pembelanjaan bertambah dibandingkan dengan penawaran barang di pasar (dengan kata lain terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit).5
Higher prices: an increase in the supply of currency or credit relative to the availability of goods and services, resulting in higher prices and a decrease in the purchasing power of money.6
A continuing rise in the general price level usu. Attributed to an increase in the volume of money and credit relative to available goods and services.7
Adapun contoh dari definisi yang kedua misalnya adalah sebagai berikut:
Inflasi dalam Dictionary of Economics didefinisikan dengan suatu peningkatan tingkat harga umum dalam suatu perekonomian yang berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu.8
Samuelson dan Nordhaus dalam buku mereka Macro Economics mendefinisikan inflasi dengan cukup singkat yaitu kenaikan tingkat harga umum.9
Bank
Badan kebijakan fiskal Departemen Keuangan mendefinisikan inflasi dengan sebuah proses kenaikan harga-harga secara umum dan berkelanjutan sebagai akibat adanya ketidakseimbangan (excess demand) dalam perekonomian.11
Terjadinya perbedaan dalam mendefinisikan inflasi di atas dikarenakan sebagian pakar ekonomi menjelaskan makna inflasi berdasarkan sebab yang menimbulkan inflasi dan sebagian yang lain berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh inflasi.12
Dari dua kelompok definisi di atas, penulis cenderung untuk sepakat dan menggunakan definisi inflasi dari kelompok yang kedua dengan menambahkan beberapa point. Mengapa kelompok yang kedua?
Pertama, harus kita pahami bahwa sebuah definisi adakalanya berasal dari sebuah konsep tentang nilai yang dalam perumusannya diharuskan merujuk kepada dalil-dalil syar’i dan adakalanya terkait dengan konsep yang murni berasal dari sebuah fakta.13
Definisi inflasi sepenuhnya didasarkan pada penelaahan yang cermat (dan tepat) terhadap fakta fenomena perkembangan harga barang dan jasa. Dengan kata lain, definisi inflasi adalah berbicara fakta apa adanya (das sein), bukan berbicara apa yang seharusnya (das sollen).14 Dalam hal ini, definisi inflasi kelompok yang ke pertama tidaklah menggambarkan fakta apa adanya.15
Ini sama halnya ketika kita mendefinisikan tentang akal. Akal atau berpikir adalah proses pemindahan fakta melalui indera ke dalam otak disertai dengan informasi sebelumnya yang digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut. Definisi ini diperoleh dari fakta kegiatan berpikir manusia.16 Metode telaah seperti inilah yang seharusnya juga diterapkan dalam mendefinisikan fakta tentang inflasi.
Kedua, sebagaimana halnya definisi kebijakan moneter, definisi inflasi kelompok yang ke dua memasukkan unsur besaran jumlah uang beredar sehingga definisi tersebut tidak bersifat netral (mengikuti aliran moneteris). Dengan kata lain, ia hanya memuat salah satu dari penyebab terjadinya inflasi. Padahal secara faktual penyebab inflasi sangatlah beragam.
Berdasarkan penjelasan di atas, Penulis mendefinisikan inflasi adalah sebagai suatu fakta (kejadian) yang menunjukkan telah terjadi kenaikan relatif harga barang dan jasa baik dalam satu jenis maupun secara umum (dalam banyak jenis), dimana kenaikan itu dapat dinilai berdasarkan nilai sebuah mata uang ataupun benda yang lainnya.
Penjelasan definisi:
Sebagai suatu fakta, maksudnya adalah inflasi merupakan sebuah kejadian yang benar-benar terjadi.
Kenaikan relatif, maksudnya adalah meskipun kenaikan dari harga barang dan jasa yang ada tidaklah sama atau dalam prosentase yang saling berbeda tetaplah dikatakan sebagai sebuah inflasi.
Dalam satu satu jenis maupun secara umum, artinya dikatakan inflasi meskipun barang dan jasa yang mengalami kenaikan harganya hanya satu jenis.
Kenaikan itu dapat dinilai berdasarkan nilai sebuah mata uang ataupun benda yang lainnya, maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa kenaikan harga barang yang terjadi dapat diketahui dari nilai sebuah mata uang ataupun dengan benda lainnya. Tidak semata-mata hanya dapat diketahui dari mata uang. Lebih dari itu, bagian dari definisi ini bukan bermaksud menunjukkan bahwa penyebab terjadinya inflasi hanya karena nilai uang yang turun atau banyaknya uang yang beredar. BERSAMBUNG [JURNAL EKONOMI IDEOLOGIS / www.jurnal-ekonomi.org]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar